Implementasi Alat Pengupas dan Pengukur Kadar Air Tingkatkan Mutu Kopi KTH Sejahtera Bondowoso

Bondowoso, Wartanusa.net – Kelompok Tani Hutan (KTH) Sejahtera di Desa Kretek, Kabupaten Bondowoso, kini mulai memanfaatkan teknologi tepat guna dalam pengolahan biji kopi. Melalui kegiatan pengabdian masyarakat dari tim Politeknik Negeri Jember (Polije), para petani kopi di wilayah tersebut mendapat bantuan alat pengupas kulit kopi dan alat pengukur kadar air biji kopi untuk meningkatkan mutu hasil panen.

Ketua tim pelaksana, Ir. Michael Joko Wibowo, MT menjelaskan bahwa penggunaan dua alat ini menjadi solusi atas kendala yang selama ini dihadapi KTH Sejahtera. “Selama ini proses pengupasan kulit kopi masih dilakukan secara manual dan kadar air biji kopi diukur berdasarkan perkiraan. Padahal dua hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas kopi yang dihasilkan,” ujarnya.

Menurutnya, kegiatan pengabdian masyarakat di KTH Sejahtera berlangsung selama delapan bulan, mencakup lima tahapan utama. Tahapan pertama dimulai dengan koordinasi dan survei lapangan, kemudian dilanjutkan dengan penyiapan alat serta pelatihan penggunaan alat pengupas kulit kopi dan alat pengukur kadar air.

“Pelatihan dilakukan agar anggota kelompok tani mampu mengoperasikan alat dengan benar. Kami juga melakukan monitoring untuk memastikan alat digunakan secara berkelanjutan,” tambah Audha Fitrah Aulina, MT, anggota tim pelaksana.

Anggota tim pelaksana pengabdian, Nur Faizin, S.Si., M.Si., turut menjelaskan proses pelatihan penggunaan alat pengupas kulit kopi. Ia menyampaikan bahwa kegiatan pelatihan meliputi empat bagian, yaitu pengenalan bagian-bagian alat pengupas, uji kerja mesin tanpa beban, uji kerja mesin dengan beban, serta pengamatan hasil proses pengupasan.

Tahap selanjutnya adalah pelatihan penggunaan alat pengukur kadar air biji kopi. Dalam kegiatan ini, mitra dibekali dengan penjelasan mengenai cara kerja alat, penggunaan alat agar hasil pengukuran akurat dan presisi, serta cara membaca hasil yang ditampilkan. Selain itu, mitra juga diberikan pelatihan terkait pengaturan (setting) penggunaan alat ukur kadar air. Kegiatan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan mitra dalam menerapkan teknologi yang diberikan.

Ia menambahkan, tahap akhir dari kegiatan ini adalah monitoring hasil pengabdian di KTH Sejahtera. Kegiatan monitoring dilakukan melalui pemberian angket kepada mitra untuk mengukur hasil dari kegiatan pengabdian yang telah dilaksanakan oleh tim. Tujuan kegiatan monitoring ini adalah untuk memastikan bahwa hasil pengabdian benar-benar diterapkan oleh mitra serta mengetahui dampak kegiatan tersebut bagi masyarakat.

Dari hasil evaluasi, dan Siti Diah Ayu Febriani, S.Si., M.Si juga turut menjelaskan bahwa kegiatan ini menunjukkan dampak yang signifikan. Sebelum pendampingan, KTH Sejahtera hanya mengolah kopi secara kering dengan alat tradisional. Kini, mereka mampu memproses kopi dengan metode olah basah menggunakan mesin pengupas kulit kopi berkapasitas 100 kilogram per jam. Selain itu, petani juga dapat menentukan kadar kekeringan biji kopi secara akurat, sekitar 12 persen, berkat alat pengukur kadar air yang diberikan.

Pendamping KTH Sejahtera, Edy Yulianto, S.ST., M.M., menilai kegiatan ini membawa perubahan besar bagi petani. “Dulu kami hanya mengandalkan pengalaman untuk menilai kadar air. Sekarang kami bisa mengetahui secara presisi, dan hasilnya kopi kami lebih berkualitas,” ujarnya.

KTH Sejahtera sendiri telah berdiri sejak 2013 dan menjadi salah satu kelompok tani kopi terbesar di Desa Kretek. Produksi biji kopi glondong mencapai 60 hingga 70 ton per tahun. Namun, tantangan dalam proses pascapanen membuat hasil olahan belum maksimal. Melalui kegiatan pendampingan ini, kelompok tani di kaki Gunung Kerang kabupaten Bondowoso Yang memiliki jakar sekitar 47 km dari Polije tersebut kini mulai menerapkan teknologi dalam setiap tahap pengolahan kopi, dari hulu hingga hilir.

Program pengabdian ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing kopi Bondowoso sekaligus memperkuat kapasitas petani dalam mengelola hasil panen secara berkelanjutan. “Kami berharap teknologi ini menjadi langkah awal menuju pengolahan kopi yang lebih modern dan berkualitas ekspor,” tutup Edy Yulianto. (nata/dar/red)