Rezti’s Batik Tingkatkan Produksi dengan Dryer Room Bertenaga Surya dan Website Dinamis

Jember, Wartanusa.net — Industri batik menjadi salah satu sektor kreatif yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Industri kreatif sendiri dipahami sebagai industri yang memanfaatkan daya kreasi, keterampilan, serta kemampuan individu untuk menghasilkan kesejahteraan dan membuka lapangan kerja. Batik, sebagai bagian dari industri kreatif, tumbuh pesat di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Jember.

Salah satu unit usaha batik yang berkembang di wilayah tersebut adalah Rezti’s Batik. Usaha yang berdiri sejak 2012 ini mampu menghasilkan sekitar 300 lembar batik setiap bulan dengan omzet rata-rata Rp75 juta. Produk yang dihasilkan dikenal berkualitas baik dan bahkan dapat menyesuaikan desain sesuai permintaan konsumen.

Rezti’s Batik dikelola oleh Lestari Kusumawati, seorang perintis batik di Jember Selatan. Ia mulai menekuni dunia batik setelah mengikuti pelatihan membatik yang dibiayai oleh PNPM Mandiri Perkotaan Desa Tegalsari, Kecamatan Ambulu. Dari pelatihan tersebut, Lestari mengembangkan keterampilannya hingga berdiri Rezti’s Batik.

Pada 2014, Rezti’s Batik resmi mendaftarkan mereknya ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Setahun kemudian, usaha ini mendapatkan Sertifikat Batik Mark dari Balai Besar Kerajinan Batik Yogyakarta. Produk yang dihasilkan tidak hanya berupa kain batik, tetapi juga turunan lain seperti pakaian, syal, dan udheng. Selain memproduksi, Rezti’s Batik juga membuka layanan edukasi batik bagi masyarakat yang ingin belajar.

Produk Rezti’s Batik saat ini dipasarkan secara lokal maupun melalui marketplace. Permintaan terbesar datang dari konsumen lokal, terutama untuk motif batik seragam. Namun, seiring perkembangan usaha, muncul dua permasalahan utama yang dihadapi, yakni keterbatasan proses produksi akibat faktor cuaca serta kebutuhan akan pemasaran digital.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Politeknik Negeri Jember melalui program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat hadir memberikan solusi. Program ini dipimpin oleh Nur Faizin, S.Si., M.Si., dengan anggota tim Huda Ahmad Hudori, S.ST., M.ST., serta Alex Taufiqurrohman Zain, S.Si., M.T. Pendanaan kegiatan berasal dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.

Setelah melakukan koordinasi dengan mitra, pelatihan digelar pada 24 Agustus 2025. Materi pelatihan mencakup pengoperasian dan perawatan dryer room bertenaga surya, instalasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), serta pelatihan pengelolaan website dinamis.

Dryer room diperkenalkan sebagai teknologi baru yang mampu mengatasi kendala cuaca. Selama ini, pengrajin batik mengandalkan metode konvensional dengan menjemur kain di bawah terik matahari. Kondisi tersebut sering terkendala hujan atau minimnya sinar matahari. Dengan adanya dryer room, proses pengeringan bisa dilakukan kapan pun, termasuk pada malam hari.

Selain itu, tim juga memberikan website dinamis kepada Rezti’s Batik. Website tersebut dilengkapi dengan berbagai fitur seperti beranda, produk, layanan edukasi, profil usaha, testimoni, dan kontak. Kehadiran website diharapkan membantu promosi dan penjualan produk batik secara lebih luas.

Ketua Tim Pengabdian, Nur Faizin, mengatakan Rezti’s Batik termasuk salah satu UMKM batik yang cukup besar dan berkembang baik. Menurutnya, penerapan teknologi energi hijau seperti dryer room menjadi solusi tepat dalam meningkatkan kapasitas produksi. “Sebagian besar pengrajin masih mengandalkan penjemuran konvensional. Dengan teknologi dryer room, proses produksi tidak akan lagi terkendala cuaca buruk,” jelasnya.

Faizin menjelaskan, tim juga memberikan buku panduan sebagai acuan penggunaan teknologi. Strategi yang digunakan agar dryer room mudah dipahami oleh pengrajin adalah dengan membuat desain kompak dan sederhana. “Indikator keberhasilan terlihat dari kemampuan mitra mengoperasikan alat, memahami fungsi setiap komponen, serta menyebarkan manfaat teknologi ini kepada UMKM lain,” katanya.

Ia menambahkan, tim juga memberikan pelatihan manajemen pemasaran digital untuk mendukung website Rezti’s Batik. Sebagai tindak lanjut, tim berkomitmen melakukan monitoring setelah kegiatan selesai guna memastikan pemanfaatan teknologi berjalan optimal.

Menurutnya, riset awal menunjukkan sebagian besar pengrajin batik di Jember masih menggunakan metode konvensional. Karena itu, teknologi dryer room sangat cocok diterapkan untuk menghindari hambatan produksi. Ia menegaskan, teknologi tersebut dapat direplikasi di UMKM lain.

Meski sempat terkendala penyesuaian jadwal dengan mitra, program tetap berjalan lancar. “Masih ada peluang untuk berkolaborasi lebih lanjut, khususnya terkait pengembangan teknologi pengolahan limbah batik,” imbuhnya.

Selama pelatihan, mitra menunjukkan antusiasme tinggi. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan peserta. Usai kegiatan, tim menyerahkan teknologi secara resmi melalui penandatanganan berita acara serah terima alat antara Ketua Tim Pengabdian dan pemilik Rezti’s Batik.

Lestari Kusumawati mengaku sangat puas dengan adanya program hibah pengabdian ini. Menurutnya, bantuan teknologi tersebut memberikan dampak nyata pada usaha yang dijalankannya. “Produktivitas batik meningkat lebih dari 75 persen. Pemasaran lewat website juga membantu penjualan naik hingga 75 persen dibanding sebelumnya,” ujarnya.

Rezti’s Batik kini semakin dikenal sebagai salah satu UMKM batik yang mampu berinovasi tanpa meninggalkan tradisi. Ke depan, Lestari berharap program serupa dapat terus dilaksanakan. “Program ini nyata membantu UMKM seperti kami, baik dari sisi produksi maupun pemasaran. Kami berharap kerja sama ini dapat berlanjut tahun depan,” katanya.

Dengan adanya dukungan teknologi dryer room bertenaga surya dan website dinamis, Rezti’s Batik diharapkan mampu memperluas pasar, meningkatkan daya saing, serta memberikan inspirasi bagi UMKM batik lain di Indonesia untuk berinovasi. (nata/dar/red)