Tjiwi Kimia Dukung SAE, Tak Lupakan Jas Merah Kebaikan Bupati Sidoarjo H. Saiful Ilah

Sidoarjo – wartanusa.net
Kehadiran Calon Bupati (Cabup) Sidoarjo, H. Achmad Amir Aslichin ke Pabrik Kertas terbesar se Asia PT Tjiwi Kimia disambut hangat oleh bos Tjiwi Gijan Ongkoredjo alias Ongki selaku Advisor PT Tjiwi Kimia Tbk danĀ  Beny Haryawan selaku Publik Affair Manager PT Tjiwi Kimia Tbk, Selasa (15/10). Ada pernyataan menarik dari Ongki bahwa dia senang dengan sosok Mas Iin. Tipe pemimpin yang tidak banyak omong (tidak ruwet dan tidak bertele-tele).

“Saya senang dengan Mas Iin orangnya tidak banyak omong (tidak banyak bicara), orang yang banyak omong biasanya ruwet,”ungkap Ongki mendapat tepuk tangan dan aplaus ratusan perwakilan karyawannya yang mencapai 8 ribu lebih.

Ongki juga membeberkan kebaikkan ayahanda Mas Iin yaitu H. Saiful Ilah ketika menjabat bupati Sidoarjo. Banyak hal dalam sejarah pendirian pabrik kertas Tjiwi Kimia. Mulai dari pembebasan lahan hingga 250 hektar di 5 desa, seperti di Desa Kramat Tumenggung, kecamatan Tarik. Hingga meluas ke wilayah desa di kecamatan Balongbendo.

“Meski sudah dibantu banyak hal oleh Pak Saiful Ilah. Beliau tidak pernah minta apa-apa, walau sepeserpun,”kata Ongki dapat aplaus lagi dari ratusan karyawannya.

Lebih lanjut Ongki menjelaskan sejarah berdirinya Tjiwi Kimia yang paling besar lahannya menginjak wiayah Sidoarjo didirikan oleh Eka Tjipta Wijaya Tahun 1972. Ongki tak lupa sejarah (jas merah (jangan lupa sejarah) bersama Abah Saiful kerap diajak ngopi untuk membahas dan menyelesaikan persoalan. “Tjiwi Kimia tidak akan lupa dengan Pak Saiful,”ungkap Ongki dengan nada tulus dan mendapat tepuk tangan dari ratusan perwakilan karyawannya menyambut Mas Iin Cabup Sidoarjo yang diusung koalisi partai besar yakni PKB, PDIP, PAN, PKS, NASDEM dan PPP serta partai non parlemen yakni, Partai PSI, Ummat dan Gelora.

Sementara itu, Beny Haryawan selaku Publik Affair ManagerĀ  Tjiwi Kimia mengeluh<span;> ada warga 2 desa yang enggan membayar iuran bawah tanah sehingga pabrik yang sudah membangun air bersih di 5 desa membiayai kebutuhan air warga tersebut.

Beny menguatirkan bila pabrik tidak bisa membeayai. Ia memberikan catatan pernah 2 tahun berhenti produksi karena covid 19. Tidak ada uang masuk bahkan keluar terus untuk membayar gaji karyawan. Beruntung ketika pabrik berhenti produksi tidak ada satupun karyawan yang di PHK. Pabrik ini tiap bulan membayar PLN Rp 250 miliar/bulan.

Mas Iin langsung menjawab, solusinya adalah dengan anggaran dusun yang ia canangkan sebesar Rp 300-500 juta/tahun. Dana APBD untuk dusun itu dapat digunakan untuk kepentingan warga desa. Termasuk untuk menyelesaikan masalah air bersih. (dar/nata/red)